Darimanakah
datangnya sebuah keinginan? Keinginan datang dari hati yang selalu bolak
balik. Bisa jadi sebuah keinginan itu adalah keinginan yang baik atau
sebaliknya. Sayangnya kita sering kali tidak melihat sesuatu dibalik keinginan
karena perhatian kita fokus pada keinginan, bukan pada apa yang ada dibalik
keinginan.
Para
ahli pemasaran atau penjualan sering mengatakan bahwa keputusan seseorang
membeli sesuatu, lebih sering disebabkan oleh keinginan. Kemudian, logika
membenarkan keinginan tersebut. Emosi seringkali lebih berperan dalam mengambil
keputusan dibandingkan dengan pikiran atau logika.
Jika
keinginan selalu kita turuti, artinya hidup kita akan dikendalikan oleh emosi.
Emosi datang dari hawa nafsu yang rentan dipengaruhi oleh faktor luar (teruma
syaithon). Pikiran bawah sadar kita, bisa menerima informasi jauh lebih cepat
dibandingkan pikiran sadar. Sehingga pola yang terbentuk dalam pikiran bawah
sadar, sering kali tidak kita sadari. Keinginan datang dari sana, dengan pola
yang tidak kita sadari. Maukah kita turuti saja?
Jika
keinginan selalu kita turuti, artinya kita tidak bisa mengendalikan hidup kita.
Hidup kita akan terombang ambing sebagaimana terbolak-baliknya hati kita. Peran
logika atau akal akan terabaikan atau hanya sebagai pembenaran keinginan kita.
Sungguh, kita mangabaikan potensi akal yang sudah Allah berikan kepada kita.
Jika
kita ingin lebih mengendalikan hidup kita, ke arah yang lebih baik sesuai
dengan apa yang kita inginkan, maka kita harus mengoptimalkan peran akal
sebelum kita bertindak. Caranya ialah berhentilah saat memiliki keinginan.
Jangan langsung kita turuti. Renungkan terlebih dahulu, apakah keinginan ini
membawa kepada kebaikan atau tidak. Tahukah Anda, hanya sedikit orang yang
melakukan hal ini. Kebanyakan orang bergerak seperti robot, hidupnya diarahkan
oleh berbagai faktor luar yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita, tanpa
kita sadari.
Saya
tahu, banyak orang yang menyangkal hal ini. Mereka mengaku bahwa hidup mereka
tidak seperti robot. Mereka mengaku bahwa mereka selalu menggunakan akal
pikiran sebelum bertindak. Semua pengakuan ini, karena fokus mereka hanya pada
tindakan-tindakan yang mereka lakukan secara sadar. Mereka tidak memperhatikan
apa yang mereka lakukan secara tidak sadar, seolah tidak pernah ada. Namanya
juga tidak sadar. Padahal, menurut beberapa literatur yang saya baca, lebih
dari 90% tindakan kita dilakukan tanpa sadar.
Al-Hasan
Rahimahullah berkata, “Semoga Allah merahmati hamba-Nya yang berhenti di saat
berkeinginan. Jika karena Allah maka ia laksanakan dan jika karena selain-Nya
maka ia tinggalkan.” [Dikutip dari buku Manajemen Qalbu, Ibnu Qayyim Al
Jauziyyah]
Masihkah
Anda selalu menuruti semua keinginan Anda?
Berhenti
saat memiliki keinginan adalah salah satu teknik dalam manajemen qalbu sehingga
qalbu Anda akan menjadi qalbun salim, hati yang sehat. Kita semua sudah
tahu tentang sumber kebaikan, yaitu hati yang baik. Hadistnya begitu populer,
Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh itu ada segumpal daging, apabila baik daging itu maka
baik pula seluruh tubuh dan bila rusak maka rusak pula seluruh tubuh,
ketahuilah segumpal daging itu adalah qalbu. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Siapa
yang tidak tahu hadits diatas? Tapi sejauh mana kita mengaplikasikannya? Salah
satunya ialah dengan menahan diri saat memiliki keinginan. Setiap keinginan
muncul, renungkanlah apakah keinginan ini akan membawa kepada kebaikan,
keburukan, keberhasilan, kegagalan, keridhaan Allah, atau kemurakaan Allah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Opini Anda